Pembunuh Berantai via Facebook Tewas Gantung Diri |
Ditulis Oleh Redaksi | |
Wednesday, 31 July 2013 | |
BUKITTINGGI, METRO-Tragis.
Wisnu Sadewa alias Brekele —pelaku pembunuhan berantai via facebook
memilih cara bunuh diri untuk mengakhiri hidupnya. Padahal, pembunuh dua
wanita muda ini, baru empat hari merasakan dinginnya dinding tahanan
Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II A Bukittinggi. Namun, Selasa (30/7)
pagi, pemuda asal Jorong Dalam Koto, Kenagarian Pakansinayan, Kecamatan
Banuhampu ini, ditemukan tewas tergantung di sel Lapas Biaro itu.
Wisnu mengenakan baju koko berwarna hijau ketika ditemukan.
Tak ada yang menyangka jika sopir hoyak jurusan Bukittinggi-Kotogadang
itu, mengakhiri hidup dengan cara tragis. Pasalnya, selama ditahan di
Mapolres Bukittinggi—sejak ditangkap akhir April lalu, Wisnu tak
menunjukkan perilaku aneh.
Wisnu Sadewa pertama kali diketahui
gantung diri, saat seorang warga binaan kasus narkoba, Mardius alias Mak
Yuih (50), memanggil Wisnu, sekitar pukul 07.30 WIB. Mak Yuih yang pagi
itu baru selesai lari pagi, berdiri di dekat pintu sel tahanan. Setelah
dipanggil-panggil, tidak ada jawaban, Mak Yuih pun menyuruh napi lain
melihat. Ternyata, Wisnu terlihat tidak bergerak serta ada seutas tali
di lehernya.
“Saya tak menyangka Wisnu bunuh diri. Terakhir, saya
berbincang-bincang dengan Wisnu, Senin malam, pukul 21.00 WIB. Kami
malah bercanda-canda, Wisnu sama sekali tidak memerlihatkan perilaku
aneh dan tidak ada mengeluh,” kata Mak Yuih.
“Anaknya terlihat
lucu, seolah tidak ada beban dia tinggal di tempat ini. Namun, yang
aneh, ketika saya akan meninggalkan dia, Wisnu melambaikan kedua
tangannya yang ditempel pada samping kepala. Apakah itu sebagai tanda,
saya juga tidak tahu pasti,” lanjutnya.
Kalapas Klas II A
Bukittinggi, Suprapto mengaku, kuat dugaan Wisnu tewas gantung diri.
Pasalnya, sejak pertama masuk Jumat (26/7) lalu, Wisnu sengaja di tempat
di sel khusus. Wisnu hanya tinggal seorang diri. Sesuai aturan, setiap
tahanan yang baru masuk, harus menjalanin karantina di kamar Mapenalin
(masa pengenalan lingkungan). Begitu juga dengan Wisnu Sadewa.
“Sejak
menjadi tahanan Kejaksaan Negeri Bukittinggi, Wisnu menjalani karantina
di ruang Mapenalin Blok C kamar B. Wisnu tinggal sendiri dalam kamar
itu dan akan menjalani hari-harinya sampai ditempatkan di kamar lain
seperti warga binaan (napi) lain,” jelas Suprapto.
Tali Sepatu
Sementara,
pemeriksaan penyidik Polres Bukittinggi, Wisnu bunuh diri dengan
memakai tali sepatu. Polisi menemukan sepatu milik Wisnu, yang tidak ada
talinya lagi. Di samping itu, ditemukan kantong plastik berisi obat dan
10 lembar kertas berisikan lirik lagu seperti grup Dewa, Hijau Daun dan
lagu Minang, Boy Sandi.
Kasat Reskrim Polres Bukittinggi, AKP
Franky M Monathen usai mengevakuasi mayatnya menyebut, Wisnu diduga
tewas karena bunuh diri. Hal itu diperkuat dari ciri-ciri saat pertama
kali korban ditemukan yakni, lidah terjulur keluar dan lainnya. Wisnu
tewas tergantung dengan tali sepatu yang diikatkan ke besi ventilasi
tahanan.
“Jasad Wisnu dievakuasi dan dibawa ke RSAM Bukittinggi.
Menurut keterangan dr Hj Orina Hesti Delisman, dokter jaga di IGD RSAM
Bukittinggi, Wisnu sudah meninggal lebih dari tiga jam sampai divisum,”
jelas AKP Franky.
Dijelaskan, sejak kasus pembunuhan dilakukan
Wisnu terkuak, pada Senin (29/4), ia resmi menjadi tahanan Polres
Bukittinggi untuk menjalani pemeriksaan. Wisnu merupakan pembunuh
berantai yang menghabisi nyawa Rusyda Nabila (16), warga Sungaipua,
Kabupaten Agam, dan Nefrida Yanti (23), warga Lubukbasung, Agam.
Setelah
hampir dua bulan lebih ditahan di Mapolres, kata AKP Franky, Wisnu
akhirnya resmi menjadi tahanan Kejaksaan. Berkas kasusnya sudah
dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan Negeri (Kejari). Jumat (26/7) lalu,
Wisnu diserahkan ke Kejari dan resmi menjadi tahanan kejaksaan,
dititipkan di Lapas Klas II A Bukittinggi.
Terpisah, Kajari
Bukittinggi, Maskar SH menyebut, dengan tewasnya Wisnu Sadewa, maka
kasus pembunuh berantai ini akan ditutup sebagaimana diatur dalam Pasal
77 KUH Pidana.
Kecewa Wisnu Bunuh Diri
Kematian Wisnu
Sadewa, ikut membuat kaget orangtua salah satu korban, yakni Nabila.
Khairus, ayah kandung Nabila yang mendapat kabar Wisu tewas gantung
diri, mengaku kecewa. Sebagai orangtua yang anaknya dibunuh secara sadis
oleh Wisnu. Dia ingin menyaksikan pelaku menjalani sidang dan dihukum.
Akan tetapi, keinginan Khairus tak tercapai.
“Saya ingin dia
(pelaku) mendapat hukuman setimpal, karena perbuatannya yang sudah
menghabisi putri saya. Tapi, jika dia sudah memilih cara bunuh diri, tak
ada yang bisa kami berbuat lagi,” imbuh Khairus.
Wisnu dijerat
Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana jo Pasal 338 KUHP tentang
Pembunuhan jo Pasal 80 UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
dengan ancaman hukuman mati.
Tidak Percaya
Sementara,
keluarga Wisnu yang mengetahui saudaranya tewas, kemarin langsung
mendatangi RSAM Bukittinggi. Melihat Wisnu sudah terbujur kaku ditutup
kain putih di IGD, adik Wisnu terlihat histeris menangis.
Setelah
sudah dua jam berada di IGD, jasad Wisnu Sadewa dipindahkan ke ruang
jenazah. Adik Wisnu, Lisa Mayasari (27), mengaku, tidak percaya kalau
kakaknya bunuh diri. Ia melihat kakaknya tidak mungkin putus asa.
“Saya
masih bertemu dengan abang (Wisnu) sebelum dia dipindahkan ke Lapas.
Pada pertemuan terakhir di Mapolres Bukittinggi, abang berpesan, agar
saya membawakan obat luka untuk kakinya yang ditembak serta tukang urut
ke LP. Abang berharap kakinya masih bisa sembuh dan bisa dipijakan
lagi,” sebut Lisa.
“Kami tidak yakin abang bunuh diri, karena dia
sendiri ingin sembuh. Walaupun ada pembelaan dari pihak LP, kalau abang
tinggal di karantina sendiri. Tapi biarlah, kalau memang itu yang
diterima abang, kami harus menerimanya,” terang Lisa.
Sementara,
sekitar pukul 16.30 WIB, jasad Wisnu Sadewa akhirnya pihak keluarga ke
rumah duka di Jorong Dalam Koto, Kenagarian Pakansinayan, Kecamatan
Banuhampu. (wan)
|